Cari Di Blog Ini :

Tuesday, February 25, 2014

Kisah Petualangan Si Kancil


Kisah ini diawali dengan kedatangan si Macan Belang yang merusak suasana kegembiraan di kalangan binatang pada sebuah hutan belantara. Kala itu kalangan binatang sedang membicarakan tentang kehebatan dan kecerdikan si Kancil teman mereka. Para binatang menjadi ketakutan dengan kedatangan si Macan Belang yang mencari si Kancil karena si Kancil sering membuatnya malu.

Sementara itu, di sudut lain rimba tersebut, terlihat si Kancil sedang berjalan-jalan. Karena lelah setelah berjalan seharian, si Kancil akhirnya memutuskan beristirahat di bawah keteduhan sebatang pohon. Di atas pohon, terlihat seekor ular memperhatikan keberadaan si Kancil yang sedang tertidur lelap. Ular itu pun ingin menjadikan si Kancil sebagai santapannya.


Dari sisi lain, datanglah si Macan Belang yang melihat si kancil sedang tertidur lelap. Macan Belang pun hendak menangkap si Kancil. Namun si Kancil dikejutkan dengan lemparan sang ular sehingga ia terbangun dan melarikan diri dari cengkeraman Macan Belang. Karena rasa tidak puas mangsanya diganggu oleh ular, Macan Belang akhirnya memarahi sang ular karena kalakuannya itu, dan membanting-banting serta membentur benturkan kepala ular ke batang pohon sehingga pohon pun tumbang dan menimpa keduanya. Namun si Macan Belang berhasil keluar dari tindihan pohon, dan meninggalkan ular tertindih pohon sendirian.

Dalam perjalannya, si Kancil kembali bertemu dan dikejar-kejar oleh si Macan Belang mengintari belantara, namun tidak juga tertangkap. Si kancil akhirnya menjumpai seekor Kerbau yang sedang dililit oleh seekor ular. Tentara sang ular itu adalah si ular tadi, yang tadi tertimpa pohon akibat ulah si Macan Belang. Sang Ular ternyata hendak menyantap si Kerbau, setelah si Kerbau berhasil menolongnya dengan mengangkat batang pohon yang menimpanya. Si Kancil merasa iba melihat si Kerbau penolong yang amat polos, yang dililit oleh si ular yang tidak tahu terimakasih. Dengan kepintarannya, si Kancil pun akhirnya menolong si Kerbau lepas dari lilitan si ular. Si Kerbau pun mengucapkan terimakasih atas pertolongan si Kancil padanya.

Kancil kemudian melanjutkan perjalannya, dan ketika mendekati sebuah sungai rawa, ia merasa kehausan. Ia pun lalu mendekati sungai untuk meminum air. Tanpa disadarinya si Macan Belang mengintainya dari belakang dan hendak menerkamnya. Namun kehadiran si Macan Belang diketahui si Kancil. Kembali, karena kelicikannya, si Macan Belang dapat dikelabui oeh si Kancil. Bahkan si Macan Belang menjadi bulan-bulanan buaya-buaya penghuni sungai rawa tersebut.

Kancil kemudian melanjutkan kembali perjalannya mengarungi rimba raya. Ia akhirnya terjerumus ke dalam sebuah lubang besar dan dalam. Karena badannya yang kecil, ia tidak bisa melompat keluar dari lubang tersebut. Namun karena kepintarannya ia berteriak-teriak agar binatang di sekitar lubang itu mendengar suaranya. Lewatlah seekor Gajah bertubuh besar di tempat itu, yang kemudian mendengar teriakan si Kancil. Gajah pun mendekati lubang itu. Dan karena kecerdikannya, si Kancil mengelabui si gajah hingga gajah masuk ke dalam lubang. Si Kancil pun akhirnya dapat keluar dari lubang dengan melompati tubuh besar si Gajah.

Dalam perjalannya selanjutnya, si Kancil kembali menjumpai si Macan Belang yang kemudian mengejarnya. Si macan Belang akhirnya dapat menghadang pelarian si Kancil sambil berdiri di bawah sebatang pohon. Si Kancil melihat bahwa di atas pohon tersebut, tepat di atas kepala si Macan Belang, terdapat sarang lebah. Ia pun mengelabui si Macan Belang dengan memanfaatkan keberadaan sarang lebah tersebut. Lebah-lebah akhirnya mengejar si Macan Belang. Kembali si Kancil lolos dari cengkeraman si Macan Belang.

Kancil akhirnya tiba kembali pada sungai rawa. Namun karena sungainya sangat lebar, kancil akhirnya berpikir untuk mencari jalan menyeberangi sungai rawa itu. Ia tidak menyangka kalau seekor buaya besar sedang mengintainya. Buaya pun memanfaatkan kelengahan si Kancil dan menangkap si Kancil. Ketika si Buaya hendak menyantap tubuh si Kancil, Kancil pun menggunakan kecerdikannya untuk keluar dari cengkeraman buaya-buaya dengan meminta agar buaya-buaya berbaris berjajar ke sisi sebelah sungai agar dapat dihitungnya. Dengan cara ini, si Kancil pun akhirnya lolos dari sergapan buaya.

Kisah ini diakhiri dengan si Kancil kembali ditangkap oleh si Macan Belang. Dengan kecerdikannya, si Kancil mampu meyakinkan Macan Belang untuk melepaskannya, karena ia akan membawa si Macan Belang menjumpai manusia, karena daging manusia itu lebih besar dan lebih lezat dari pada dagingnya. Si Macan Belang pun akhirnya menyetujui dan melepaskan si Kancil dan bersama-sama menuju perkemahan manusia. Di perkemahan manusia, mereka melihat ada seorang anak kecil dan seorang tua renta, namun si Kancil melarang si Macan Belang untuk menerkam kedua anak manusia tersebut karena daging si anak kecil terlalu sedikit dan daging si orang tua renta tidak enak. Ketika datang seorang pemburu berbadan tegap, si Kancil mengatakan pada si Macan Belang kalau itulah manusia yang dimaksudnya, yang dagingnya banyak dan lezat. Si Macan Belang pun segera mendekati si pemburu dan ingin menyergapnya. Namun karena dilengkapi dengan senjata api, si Macan Belang akhirnya lari ketakutan karena mendengar bunyi letusan senjata api pemburu. Si Kancil pun untuk kesekian kalinya terbebas dari cengekaraman si Macan Belang.
===========

Pesan dari Ceritera ini :

  1. Dengan kepintaran dan kecerdikannya, si Kancil dapat mengatasi berbagai persoalan hidupnya, yaitu terbebas dari cengkeraman si Macan Belang, Buaya, dan berbagai persoalannya lainnya.
  2. Ia pun menjadi terkenal, disenangi dan disegani di kalangan binatang karena kecerdikannya itu, dan karena sifatnya yang suka menolong sesama binatang.
  3. Karena kebodohannya, si Macan Belang yang beringas, si Buaya yang besar dan ganas dapat dengan mudah dikelabui si Kancil.

No comments: