Kisah ini diawali
dengan kedatangan si Macan Belang yang merusak suasana kegembiraan di kalangan
binatang pada sebuah hutan belantara. Kala itu kalangan binatang sedang
membicarakan tentang kehebatan dan kecerdikan si Kancil teman mereka. Para
binatang menjadi ketakutan dengan kedatangan si Macan Belang yang mencari si
Kancil karena si Kancil sering membuatnya malu.
Sementara itu, di sudut
lain rimba tersebut, terlihat si Kancil sedang berjalan-jalan. Karena lelah
setelah berjalan seharian, si Kancil akhirnya memutuskan beristirahat di bawah
keteduhan sebatang pohon. Di atas pohon, terlihat seekor ular memperhatikan
keberadaan si Kancil yang sedang tertidur lelap. Ular itu pun ingin menjadikan
si Kancil sebagai santapannya.
Dari sisi lain, datanglah si Macan Belang yang melihat si kancil sedang tertidur lelap. Macan Belang pun hendak menangkap si Kancil. Namun si Kancil dikejutkan dengan lemparan sang ular sehingga ia terbangun dan melarikan diri dari cengkeraman Macan Belang. Karena rasa tidak puas mangsanya diganggu oleh ular, Macan Belang akhirnya memarahi sang ular karena kalakuannya itu, dan membanting-banting serta membentur benturkan kepala ular ke batang pohon sehingga pohon pun tumbang dan menimpa keduanya. Namun si Macan Belang berhasil keluar dari tindihan pohon, dan meninggalkan ular tertindih pohon sendirian.
Dalam perjalannya, si
Kancil kembali bertemu dan dikejar-kejar oleh si Macan Belang mengintari
belantara, namun tidak juga tertangkap. Si kancil akhirnya menjumpai seekor
Kerbau yang sedang dililit oleh seekor ular. Tentara sang ular itu adalah si
ular tadi, yang tadi tertimpa pohon akibat ulah si Macan Belang. Sang Ular
ternyata hendak menyantap si Kerbau, setelah si Kerbau berhasil menolongnya
dengan mengangkat batang pohon yang menimpanya. Si Kancil merasa iba melihat si
Kerbau penolong yang amat polos, yang dililit oleh si ular yang tidak tahu
terimakasih. Dengan kepintarannya, si Kancil pun akhirnya menolong si Kerbau lepas
dari lilitan si ular. Si Kerbau pun mengucapkan terimakasih atas pertolongan si
Kancil padanya.
Kancil kemudian melanjutkan
perjalannya, dan ketika mendekati sebuah sungai rawa, ia merasa kehausan. Ia
pun lalu mendekati sungai untuk meminum air. Tanpa disadarinya si Macan Belang
mengintainya dari belakang dan hendak menerkamnya. Namun kehadiran si Macan
Belang diketahui si Kancil. Kembali, karena kelicikannya, si Macan Belang dapat
dikelabui oeh si Kancil. Bahkan si Macan Belang menjadi bulan-bulanan
buaya-buaya penghuni sungai rawa tersebut.
Kancil kemudian melanjutkan
kembali perjalannya mengarungi rimba raya. Ia akhirnya terjerumus ke dalam
sebuah lubang besar dan dalam. Karena badannya yang kecil, ia tidak bisa
melompat keluar dari lubang tersebut. Namun karena kepintarannya ia berteriak-teriak
agar binatang di sekitar lubang itu mendengar suaranya. Lewatlah seekor Gajah bertubuh
besar di tempat itu, yang kemudian mendengar teriakan si Kancil. Gajah pun mendekati
lubang itu. Dan karena kecerdikannya, si Kancil mengelabui si gajah hingga
gajah masuk ke dalam lubang. Si Kancil pun akhirnya dapat keluar dari lubang
dengan melompati tubuh besar si Gajah.
Dalam perjalannya
selanjutnya, si Kancil kembali menjumpai si Macan Belang yang kemudian
mengejarnya. Si macan Belang akhirnya dapat menghadang pelarian si Kancil
sambil berdiri di bawah sebatang pohon. Si Kancil melihat bahwa di atas pohon
tersebut, tepat di atas kepala si Macan Belang, terdapat sarang lebah. Ia pun
mengelabui si Macan Belang dengan memanfaatkan keberadaan sarang lebah
tersebut. Lebah-lebah akhirnya mengejar si Macan Belang. Kembali si Kancil
lolos dari cengkeraman si Macan Belang.
Kancil akhirnya tiba kembali
pada sungai rawa. Namun karena sungainya sangat lebar, kancil akhirnya berpikir
untuk mencari jalan menyeberangi sungai rawa itu. Ia tidak menyangka kalau
seekor buaya besar sedang mengintainya. Buaya pun memanfaatkan kelengahan si
Kancil dan menangkap si Kancil. Ketika si Buaya hendak menyantap tubuh si
Kancil, Kancil pun menggunakan kecerdikannya untuk keluar dari cengkeraman
buaya-buaya dengan meminta agar buaya-buaya berbaris berjajar ke sisi sebelah
sungai agar dapat dihitungnya. Dengan cara ini, si Kancil pun akhirnya lolos
dari sergapan buaya.
Kisah ini diakhiri
dengan si Kancil kembali ditangkap oleh si Macan Belang. Dengan kecerdikannya,
si Kancil mampu meyakinkan Macan Belang untuk melepaskannya, karena ia akan
membawa si Macan Belang menjumpai manusia, karena daging manusia itu lebih
besar dan lebih lezat dari pada dagingnya. Si Macan Belang pun akhirnya menyetujui
dan melepaskan si Kancil dan bersama-sama menuju perkemahan manusia. Di
perkemahan manusia, mereka melihat ada seorang anak kecil dan seorang tua renta,
namun si Kancil melarang si Macan Belang untuk menerkam kedua anak manusia
tersebut karena daging si anak kecil terlalu sedikit dan daging si orang tua
renta tidak enak. Ketika datang seorang pemburu berbadan tegap, si Kancil
mengatakan pada si Macan Belang kalau itulah manusia yang dimaksudnya, yang
dagingnya banyak dan lezat. Si Macan Belang pun segera mendekati si pemburu dan
ingin menyergapnya. Namun karena dilengkapi dengan senjata api, si Macan Belang
akhirnya lari ketakutan karena mendengar bunyi letusan senjata api pemburu. Si
Kancil pun untuk kesekian kalinya terbebas dari cengekaraman si Macan Belang.
===========
Pesan dari Ceritera ini :
- Dengan kepintaran dan kecerdikannya, si Kancil dapat mengatasi berbagai persoalan hidupnya, yaitu terbebas dari cengkeraman si Macan Belang, Buaya, dan berbagai persoalannya lainnya.
- Ia pun menjadi terkenal, disenangi dan disegani di kalangan binatang karena kecerdikannya itu, dan karena sifatnya yang suka menolong sesama binatang.
- Karena kebodohannya, si Macan Belang yang beringas, si Buaya yang besar dan ganas dapat dengan mudah dikelabui si Kancil.
No comments:
Post a Comment